Masa depan terjadi bukan karena masa lalu






Ada satu pepatah yang menyatakan bahwa masa depan kita adalah cerminan dari perilaku kita masa lalu. Saya adalah salah satu orang yang tidak pernah menyutujui pepatah tersebut. Mengapa saya tidak setuju? Karena dari kalimat pernyataan diatas tidak terjadi perubahan antara masa lalu dan masa depan.
Jika masa depan merupakan cermin dari perilaku masa lalu untuk apa kita melakukan perubahan terhadap perilaku yang tidak baik toh hasilnya sama saja dengan masa depan? Jadi pepatah tersebut secara tersenyembunyi mengatakan kita tidak perlu melakukan perubahan hasil yang diharapkan akan kelihatan sama bukan? Perilaku kita kesehari-hari merupakan nilai yang harus diperjuangkan untuk sebuah keutuhan di masa depan.
Jadi masa sekarang seseorang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka kita pun tak bisa mengatakan bahwa ini adalah karena perilaku yang terjadi di masa lalu. Diantara masa lalu dan masa depan terdapat sebuah kata yang hilang yaitu “perubahan”. Misalnya jika kita melihat seorang narapidana yang sukses mengembangkan bisnis usahanya. Sehingga orang-orang sebelumnya tidak pernah menyangka bahwa dahulu dia adalah seorang narapidana. Dengan perubahan perilaku tersebut narapidana tersebut mampu menjadi orang yang sukses berarti kesalahan yang terjadi dalam pepatah tersebut adalah ketika masa depan narapidana tersebut menjadi baik bukan karena masa lalu nya yang kelam satu-satunya alasan adalah karena dia mampu untuk melakukan perubahan terhadap perilakunya.
Begitupula sebaliknya ketika seseorang tiba-tiba masuk penjara sebelumnya dia berprofesi sebagai pengusaha karena utangnya yang menumpuk dia harus mempertaruhkan hidupnya di penjara. Masa lalu seorang pengusaha itu begitu baik dia yang memilih untuk melakukan perubahan terhadap masa depanya yang kemudian akhirnya dia masuk penjara.
Dalam hal ini perubahan adalah sebuah pilihan, ingin tetap dengan masa lalu sehingga masa lalu kita adalah masa depan kita atau bergerak cepat untuk melakukan sebuah perubahan. Terkadang kita sudah merasa nyaman dengan kehidupan yang kita miliki sehingga jika dituntut untuk melakukan perubahan sering kali terdengar kalimat “Untuk apa, kami sudah nyaman dengan hidup seperti ini” pepatah ini sebenarnya cocok untuk kebanyakan orang yang memiliki perilaku menolak terhadap perubahan.
Jika kita sudah merasa nyaman dengan segala yang kita miliki maka masa depan kita perlahan-lahan mulai dapat terbaca dengan jelas, walaupun saya sebenarnya bukanlah peramal. Ini bisa diibaratkan sebuah garis pada grafik yang berjalan tidak naik atau turun. Satu hal dalam hal ini kadang kala kita merasa takut untuk melakukan perubahan, ketakutan hanya dalam satu hal “Bagaimana kalo jika suatu saat saya turun” pertanyaan itu sering muncul dibenak “toh, dengan keadaan seperti kita nyaman kok” inilah salah satu tantangan seseorang untuk melakukan perubahan yaitu keberanian dalam menatap masa depan lebih baik dari sekarang. Jangan biarkanlah seluruh pikiran kita terkendali hanya dengan ketakutan dalam menghadapi masa depan.
Jadilah orang yang berani dalam menatap masa depan. Karena masa depan adalah tantangan yang harus dihadapi dan bukan harus dihindari. Jalani perubahan itu sekarang juga jika ingin memandang masa depan sebagai bintang yang tetap bersinar terang.

Jumat, 29 Juli 2011

Tengok Masa Lalu, Buka Lembar Baru

Tengok Masa Lalu, Buka Lembar Baru


MELAKUKAN kesalahan dalam hidup adalah hal yang biasa. Yang luar biasa adalah ketika kita mau mengoreksi diri agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Proses mengoreksi diri terjadi ketika kita menyadari bahwa ada yang salah dalam langkah yang kita perbuat. Misalnya saja kita tidak lulus ujian karena sebelumnya malas belajar. Koreksi diri berjalan ketika kita sadar bahwa kegagalan itu adalah akibat perbuatan kita sendiri.

Masalah akan jadi lain ketika kita menjadi orang yang fatalis. Maksudnya adalah setiap kegagalan selalu ditimpakan pada takdir atau dengan kata lain, Allah disalahkan atas semua peristiwa buruk yang terjadi di dunia. Kalau begini jadinya, manusia tak akan pernah mau berubah jadi lebih baik tentunya. Ia akan selalu punya pihak untuk dikambinghitamkan, yaitu takdir.

Menyalahkan takdir menunjukkan kualitas rendah seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari pun, orang seperti ini akan selalu mencari kambing hitam bagi kegagalan yang ia alami. Ia selalu ingin menjadi pihak yang benar dan merasa benar sendiri. Orang atau pihak lain adalah pihak untuk disalahkan dan dituding.

...Tapi manusia sempurna adalah mereka yang bertaubat dan belajar dari kesalahan dan tak akan mengulanginya lagi...

Sebenarnya, tak ada yang salah dengan berbuat kesalahan, bila itu tidak disengaja. Tak ada yang salah dengan takdir yang sudah terjadi. Manusia sempurna bukanlah manusia yang tak pernah berbuat salah. Tapi manusia sempurna adalah mereka yang bertaubat dan belajar dari kesalahan dan tak akan mengulanginya lagi. Kejadian lalu yang menyebabkan kegagalan atau dosa tidak untuk disesali namun menjadi cermin agar tidak terulang lagi.

Bangkit menjadi pribadi yang baru dan menatap masa depan yang lebih baik, jauh lebih positif untuk dilakukan daripada berkubang dalam penyesalan. Toh, tak ada mesin waktu untuk memutar kembali kejadian yang disesali tersebut. Tak perlu juga menyalahkan diri sendiri atas semua yang telah terjadi. Umar bin Khotob pun pernah berbuat dosa ketika cahaya Islam belum disambutnya. Begitu banyak anak dan bayi yang telah ia bunuh. Ia menyesal dan bertaubat tapi ia tak menyalahkan dirinya sendiri.

Menyalahkan diri sendiri apalagi sampai taraf menghukum diri sendiri adalah tindakan seseorang yang tak memahami betapa Mahapengampun Allah itu. Allah saja mengampuni dosa-dosa hamba seberapa pun banyaknya apabila hamba tersebut bertaubat. Dari sifat Allah ini seharusnya manusia berkaca dan meneladani.

Menyalahkan takdir dan menyalahkan diri sendiri adalah dua kutub yang tak bisa dipilih semuanya. Menyalahkan takdir hanya mengakibatkan seseorang malas untuk berubah menjadi lebih baik. Selain itu juga sama saja ia menyalahkan Sang Pembuat Takdir itu sendiri yaitu Allah SWT. Naudzhubillah. Sedangkan menyalahkan diri sendiri hanya akan membuat seseorang melakukan penyesalan berkepanjangan. Karena menyesalnya, ia cenderung menghukum diri sendiri atas kesalahan yang telah dilakukan. Hal inilah yang akan menyibukkan dirinya sehingga lalai dalam upaya untuk memperbaiki diri.

...Memaafkan masa lalu dan menatap masa depan. Hal ini jauh lebih baik dan positif untuk dilakukan...

Berdamai dengan takdir. Berdamai dengan diri sendiri. Memaafkan masa lalu dan menatap masa depan. Hal ini jauh lebih baik dan positif untuk dilakukan. Meyakini bahwa takdir itu baik dan buruknya berasal dari Allah. Seringkali manusia salah dalam menilai baik dan buruk. Yakini saja bahwa semua peristiwa yang terjadi selalu menyimpan hikmah di baliknya. Bila ini yang diyakini dalam hati, maka proses menjadi pribadi yang lebih baik akan lebih mudah untuk dijalani. Insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar